hai.....
ketemu lagi dengan saya author gaje, ><
Ini postingan saya yang ke dua berhubung kuota sekarang mahal. kira kira serebuan 2 kilo *Lu kira cabe apa?*
Jadi gitu lah *Apaan sih?*
Oke langsung saja yah...
Title: Di
Ujung Pelangi
Category: Anime/Manga » Naruto
Author: The Portal Transmission-19
Language: Indonesian, Rating: Rated: K+
Genre: Family/Drama
Published: 04-01-11, Updated: 04-01-11
Chapters: 1, Words: 1,229
Category: Anime/Manga » Naruto
Author: The Portal Transmission-19
Language: Indonesian, Rating: Rated: K+
Genre: Family/Drama
Published: 04-01-11, Updated: 04-01-11
Chapters: 1, Words: 1,229
Chapter 1:
Di ujung Pelangi
Special Fic
For Dhara, semoga kamu lekas sembuh, dan bisa menjalani hidup ini dengan sebaik
mungkin, doaku akan selalu bersamamu.
Diskliminer
: Masashi Kishimoto Sensei
Warning!
Typo! OOC Chara, AU dan masih banak kekurangan yang lain.
Happy Read
minna!
Suara tepuk
tangan pasti terdengar keras di aula sekolah. Hanabi menuruni tangga panggung
dengan hati-hati, piala juara umum Konoha Elementary dipegangnya dengan erat
ditangan kanan. senyuman manis tak lepas dari wajah putihnya yang merona.
Hanabi memang adikku yang cantik, pintar, dan juga penuh dengan bakat. aku pun
melirik kesamping, dan kudapati ibuku menatap putri bungsunya dengan mata
berkaca-kaca, ibu pasti bangga sekali padanya, lalu ibu menoleh kearahku yang
ikut bertepuk tangan diatas kursi roda ini, dan tak sempat ditahannya, dua
bulir air mata ibuku menetes.
Perkenalkan,
namaku Hyuuga Hinata, aku punya dua orang saudara, yaitu kakakku Hyuuga Neji,
dan adikku yang bernama Hyuuga Hanabi. kakakku Neji, baru saja menikah beberapa
bulan yang lalu dengan seorang wanita berdarah Chinese yang bernama Ten Ten,
seorang wanita yang bekerja sebagai seorang polisi wanita di Konoha, kota
tempat tinggalku sekarang.
Memang,
sejak Remaja, kakakku Neji selalu didekati oleh banyak wanita yang tertarik
padanya, selain karna kakakku itu tampan, dia juga orang yang jenius, sehingga
tak heran jika dia menjadi seorang primadona di sekolahnya dulu.
Setelah itu
adikku yang bernama Hanabi, kata orang-orang, aku dan Hanabi bagaikan pinang
dibelah dua, atau dengan kata lain, wajah kami hampir serupa, tapi sifat kami
yang menjadi perbedaannya, aku orang yang pemalu dan tertutup, sedangkan Hanabi
anak yang ceria.
Aku lahir
sebagai anak kedua dengan sedikit keistimewaan, duniaku hening tanpa suara,
mungkin hal itulah yang membuat ayah dan ibuku tidak pernah menghabiskan waktu
mereka untuku, ayah tak pernah mengajaku bermain, karena kesibukannya sebagai
seorang pengusaha, hingga ayahku jarang sekali pulang ke rumah. bahkan, aku
sekarang sudah kehilangan sosok seorang ayah disaat dia pertama kali
menghabiskan waktunya untuku.
Di ujung
Pelangi
Saat itu,
Hanabi baru menginjak umur sembilan bulan, aku kasihan melihatnya, karena
Hanabi terus saja menangis, bekas suntikan di tangannya pasti terasa sakit, dan
akupun memutuskan untuk menghiburnya. tapi dihalangi oleh ayahku, beliau
menatapku sejenak, dan kemudian berkata "Nanti, kita belikan mainan untuk
adikmu, sekalian kita jalan-jalan," Aku senang sekali mendengarnya, karena
hal inilah yang selama ini aku tunggu-tunggu, menghabiskan waktu bersama ayahku.
dan sore itu pula, aku dan ayah pergi berdua dengan sepeda motor ke toko
mainan.
Sebuah
boneka beruang kugenggam dengan erat selama perjalanan pulang, dan hal tragis
itu pun menghampiri kami. tiba-tiba sepeda motor kami terhempas dengan sangat
keras, dan mungkin disebabkan karena ban motor yang kami naiki pecah, dan
ayahku tak sempat mengendalikan motornya karena kecepatan kami yang lumayan
tinggi.
Terakhir
dalam ingatanku, aku serasa melayang beberapa meter, dan akhirnya tubuhku
menghantam aspal dijalan, aku tidak bisa bergerak, aku juga berusaha untuk
membuka mataku, akan tetapi tidak bisa, hanya mainan untuk Hanabi yang masih
kurasakan ditangan kiriku. dan beberapa detik saja, aku tidak mengingat apa-apa
lagi.
Entah berapa
minggu yang kulewati disaat diriku terbaring koma dirumah sakit. saat tersadar,
hanya kakakku Neji yang pertama kali aku lihat. begitu perih hatiku ini, karena
orang yang kuharapkan saat aku membuka mata tidak berada disampingku, yaitu
ayah dan ibuku. dan yang lebih membuat hatiku lebih sakit lagi, karena Neji
mengatakan bahwa ayahku telah pergi untuk selama-lamannya. sakit sekali
rasanya, lebih sakit dari semua penderitaan yang kurasakan. tak kutangisi
kakikku yang tak bisa diselamatkan, hanya kepergian sang ayah yang menohok hatiku.
Ayah yang
aku cintai meski jarang memberi kasih sayangnya padaku, ayah yang kubanggakan
meski beliau tak pernah ada untuku, ayah yang sering menasehatku agar aku
melupakan perbedaanku dengan teman-teman yang lain, kini dia sendiri di alam
sana, meninggalkan ibu dan kami bertiga.
Ibu yang
kukasihi, tak pernah aku melihatnya menangis, hanya setiap malam saat ibuku
menemaniku tidur, aku dapat meraba bantalnya basah karena air mata, dan saat
itulah aku berjanji didalam hatiku, bahwa aku tak akan pernah mengecewakan
ibuku.
Beberapa
bulan kemudian, ibu membawa kami pindah ke rumah kakekku di Sunagakure, kak
Neji dengan mudah masuk ke sekolah Favoritnya, aku juga mendapatkan sekolah
khusus yang tak jauh dari rumah. sedangkan ibuku memulai sebuah usaha
peternakan sapi yang dimodalkan oleh kakek.
Peternakan
itu dinamai seperti namaku, yaitu Hinata-corp. setelah cukup besar, ibu pun
mulai membuka cabang lagi di berbagai tempat dan membangun sebuah rumah makan
yang akan diolah olehku. akupun memulai hidup baruku sebagai seorang pemilik
rumah makan.
Memang
sangat sulit di hari pertamaku, tapi Neji dengan sabar mengajariku, dimulai
dari menyiapkan makanan, mengolahnya hingga menjadi masakan, menyajikan, hingga
bersih-bersih peralatan makan. kulakukan semua itu dengan senang hati, meski
tak ada ibu di sampingku, tapi kak Neji sudah seperti ayah sekaligus ibu
untuku. seiring waktu, kemahiran memasakku juga semakin meningkat, bahkan ibu,
Hanabi dan Neji, selalu mengancungkan jempol mereka untuk setiap masakanku yang
mereka nikmati.
Kemudian aku
menyadari bahwa inilah duniaku, diantara panci, wajan, kompor, dan sendok yang
dentingannya tak bisa kudengar. bersama ratusan macam bumbu yang kuhafal
rasanya, bersama tumpukan resep masakan yang tercatat baik dalam ingatanku, aku
merasa bahagia. apalagi, semakin hari, rumah makanku semakin ramai pengunjung.
dari
keuntungan rumah makan tersebut, aku bisa membiayai sekolah Hanabi di sekolah
dasar. ditunjang dengan beasiswa yang selalu didapatkan kak Neji setiap
semester. kadang, aku ingin seperti kak Neji, dari menari, hingga bela diri,
dari bahasa asing hingga sains, semua dikuasainya dengan baik, sama seperti
adikku Hanabi, yang tak pernah mendapatkan angka delapan di raportnya, selalu
sembilan atau sepuluh. mereka berdua selalu menjadi bintang, menjadi juara, tak
seperti diriku, yang banyak menyandang keterbatasan.
Namun Kak
Neji selalu meyakinkanku, bahwa setiap anak mempunyai warna hidup mereka
masing-masing. dibalik semua yang terjadi padaku, pasti ada hikmah yang
menunggu, aku percaya dengan apa yang dikatakan kak Neji, seperti aku percaya
pada janji-janji hatiku sejak kecil, bahwa aku tak akan mengecewakan ibu.
Setelah
lulus Sekolah dasar, Hanabi masuk ke sekolah berasrama di Iwagakure, siang itu,
aku menerima email dari Hanabi.
"Kakakku
yang cantik, selamat ya, atas pembukaan restoran baru kakak, dan maaf, karena
Hanabi tidak bisa datang. tapi Hana doain, restoran kakak laris manis seperti
sebelumnya. pasti dong ya? Amin!. Hana juga ada kabar gembira buat kakak, lagu
Ciptaan Hana jadi juara satu di lomba cipta lagu remaja se Iwagakure, titip
foto-foto Hanabi pada bunda ya kak? I Miss You So Much! salam penuh cinta untuk
ibu dan Kak Neji."
Kutatap Foto
Hanabi dilayar komputer, hanabi memegang piala di tangan kirinya, tangan kanannya
memegang sebuah boneka beruang yang dulu kubelikan bersama almarhum ayah kami,
Tiga belas tahun, mainan itu selalu dibawa Hanabi kemana-mana.
Hatiku penuh
dengan rasa haru, aku menagis karena hatiku begitu tersentuh dengan apa yang
kudapatkan, aku menoleh ke jendela. di seberang sana, berdiri bangunan dua
tingkat miliku, Restoran Hyuuga, baru saja dibuka hari ini.
Ibu dan kak
Neji benar, setiap anak memiliki warna hidup mereka masing-masing, Neji kakakku
yang tampan, baik dan santun. Hanabi, adikku yang ceria dan banyak membawa tawa
dirumah kami. dan aku adalah 'Pelangi', meski tanpa suara, akan tetapi
Warna-warniku indah.
Owari
Hidup ini
memang pahit, maka dari itu, bersabarlah, jalani segala tantangan yang ada,
karna untuk mencapai sebuah keberhasilan, kita akan menemui banyak rintangan,
kita akan jatuh dan bangun lagi. bayi juga harus berusaha berjalan, meski dia
jatuh berulang-ulang, akan tetapi dia masih mau berdiri dan berjalan.
Buktikan
pada mereka, buktikan bahwa Kamu adalah pelangi, meski dia bisu, akan tetapi
warnanya sangat indah dipandang.
Salam Hangat
The Portal
Transmission-19